Pelajara Di Bandara
Ketika sore menjemput malam temen pergi ke Bandara pesawat untuk
menjemput kawan yang pulang dari jakarta. sampai di bandara, teman kebingungan
melihat di lokasi tak ada penghuni. satu jam duduk sendiri sambil dengar kan
musik kerongkongan terasa kering dan perut sudah berbunyi.
Melirik di
sudut-sudut pandangan untuk mencari sebuah toko yang bisa di singgah untuk
membeli makanan. terhenti di pandangan terakhir di pojok kanan ada toko roti.
menyela-nyela kocek bagian depan dan belakang hanya mendapatkan 20 ribu rupiah
di kantong. dengan bertindak cepat dan rasa yakin kalo 20 ribu dapat air ama
roti yang mencukupi perut.
Mbak beli roti
sepuluh ribu " dengan semangat mbak mengambil roti yang sudah di
bungkus." makasi mbak, ini uangnya, tak usah di kantongin lagi mbak saya
duduk di depan aja." dengan penuh semangat karena roti yang di kasi sudah
di tangan dan uang sudah kembali di kocek. teman langsung mencari posisi yang
aman untuk duduk.
Tapi tidak enak
tanpa air untuk melancarkannya. uang tinggal 10 ribu. teman kembali ke toko
untuk membeli air." bang beli air satu yang keci aja. ni uangnnya ujar
dari teman." penjual langsung
mengembalikan uang hanya dua ribu. bingung melihat kembalian yang tidak
setimpal dengan harga di luar, teman pergi ke tempat duduk untuk menikmati roti
yang di beli.
Dngan bungkusan
yang lebar dan menarik, warna yang antik serta hiasan yang cantik mengirakan
pikiran ini bahawa di dalam akan ada beberapa buah yang bisa menutupi bunyi
perut ini. waah ternyata sepuluh ribu dapat satu roti, rasanya tak setimpal dengan
semua ini. dengan uang 20 ribu cuma dapat satu roti dan sebotol gelas mineral.
jika di
bandingkan di luar sana dengan 20 ribu itu udah dapat satu kotak roti dan
beberapa air mineral ang ada.
Sekarang sudah
memasuki waktunya sholat iysa, jadwal penyinggahan
pesawat terakhir akhirnya sampai dengan waktu yang sesuai di jadwalkan.
penjemputan kepada kawan kini mendapat pelajaran hari ini.
" jika tak
mau merugi maka bawalah makanan dari rumah atau beli di toko-toko sekitarmu.
Jika tidak, jangan mengeluh apa yang ada."